Jumat, 14 Oktober 2011

There's no gravity in space If this myth were true, the universe would be a far different place. By Michael E. Bakich


This is false, but it's easy to understand how this myth got started. Pictures and movies of astronauts orbiting Earth or on their way to the Moon show them floating in their spacecraft. Likewise, images capture shuttle astronauts who conducted spacewalks to repair the Hubble Space Telescope drifting tethered beside the main body of the spacecraft. And, early in the manned space program, pilots and some scientists incorrectly began referring to space as a place of "zero gravity."

Gravity is a force created by any body that has mass. We usually think of the Sun, Moon, and planets (especially Earth) as objects that have gravity, but you and I, because we have some mass, also exert a gravitational force — albeit a really tiny one!

Without getting into some heavy-duty equations here, British mathematician Isaac Newton (1643-1727) proved that gravitational force decreases as the distance from any object increases. But it never vanishes. In fact, Earth's gravity 62.5 miles (100 km) above its surface is still 97 percent as strong as its gravitational pull at sea level.

So, for example, the Sun's gravitational attraction of Mercury (the closest planet) is stronger than its gravitational attraction for Venus, Earth, or any other planet. (That's why Mercury has to move faster than the other planets. If it orbited at the same speed as Earth, the Sun quickly would swallow it.) Likewise, Earth's gravity keeps the Moon circling around us once every 27.3 days, and Jupiter's gravity keeps more than 60 moons orbiting around it.

So, if there's gravity in space, why does it look like the astronauts are floating? The reason is that objects in space are in a continuous state of freefall. This term describes a state of motion with no acceleration other than that provided by gravity. A similar thing could happen on Earth to an elevator passenger and her purse, both of which would be equally "weightless" if the elevator fell rapidly enough.

And consider one last fact. If there were no gravity in space, weather and communication satellites would not orbit Earth, Earth would not orbit the Sun, and the Sun would not orbit the center of the Milky Way. Indeed, everything would shoot off in a straight line, and chaos would rule. But there is gravity in space, and lots of it.

More crimes occur at Full Moon This myth ascribes more influence to the Moon than it actually has. By Michael E. Bakich


This legend is one most people have heard and many believe, although there's not a shred of proof that backs it up. The myth states that police officers and emergency room personnel note a rise in criminal activity during Full Moons.

Scientific studies, however, show no such correlation. In other words, the Moon's phase has no effect on the number of crimes committed, the number of people admitted to asylums, the number of babies conceived or born, or any other like occurrence.

So why does this myth persist? Perhaps it's because people seem to notice an increase in such events around a Full Moon. Social scientists speculate it's because people are more likely to notice, and remember, a Full Moon, rather than the Moon at other phases.

So, if someone commits a murder when the Moon is a crescent, people covering the crime may not remember the phase of the Moon that night. (Perhaps the Moon set before law enforcement arrived at the crime scene.) If, however, the Moon is full, a police officer might be more likely to remember the phase of the Moon that night, because a bright Moon is obvious. And here's a startling fact: A Full Moon shines 10 times brighter than a Quarter Moon, even though First Quarter and Last Quarter display half of the Moon's face illuminated.

In short, crimes, births, and strange occurrences happen all month long, but only those that occur around Full Moon cause people to talk about them.

Sabtu, 08 Oktober 2011

The Real Story from Sichuan. China



ini foto yang sebenarnya, sayangnya tidak terdapat foto lain dari foto ini.

dari http://edikdolotina.blogspot.com/2008/06/heroes-of-sichuan-earthquake.html

Pahlawan Gempa Sichuan

Sebuah gempa berkekuatan 8,0 melanda provinsi Sichuan China jam 2.28 PM, 12 Mei 2008. Episentrum gempa, Wenchuan, sekitar 90 mil dari Chengdu. Gempa bumi melepaskan energi lebih dari 500 bom atom, 30 kali lebih dari gempa Kobe di Jepang pada tahun 1995. Dengan 19 Mei, ada lebih dari 32.000 dipastikan tewas, lebih dari 20.000 masih hilang, dan lebih dari 4,7 juta rumah roboh atau rusak berat.

Kota yang dekat dengan pusat gempa diratakan; seluruh gunung runtuh.

Jutaan orang kehilangan orang yang mereka cintai, rumah mereka, barang-barang mereka. Namun tidak ada penjarahan, tidak ada keluhan, hanya orang-orang yang saling membantu.

Dalam hitungan jam, orang-orang bergegas untuk menyelamatkan. Darah garis sumbangan berjalan selama 100 meter, dan orang-orang menunggu jam untuk mendonorkan darah. Dalam waktu 24 jam, semua bank darah utama kehabisan ruang penyimpanan.

Jalan raya gempa melanda kota Dujianyang (20 mil dari Chengdu) hampir macet satu jam setelah gempa, bukan oleh orang-orang melarikan diri dari gempa susulan, tetapi oleh relawan, yang dipimpin oleh lebih dari 1.000 pengemudi taksi, datang dari Chengdu untuk menyelamatkan.

Seorang pemilik perusahaan besar konstruksi 1.500 mil dari area bencana, hanya 2 jam 30 menit setelah gempa mulai mengangkut 60 mesin konstruksi dan memimpin 120 relawan untuk menyelamatkan. Mereka tiba di daerah bencana 24 jam kemudian, waktu yang hampir sama dengan Angkatan Darat Korps Teknik.

Pekerja medis menyediakan perawatan dibawah kondisi ekstrim, mereka bahkan banyak bayi lahir yang disampaikan baru di tempat parkir.

Perdana Menteri Tiongkok naik pesawat 30 menit setelah gempa dan tiba di area bencana dalam 2 jam. Dia telah menjadi kepala operasi penyelamatan sejak saat itu, bekerja hampir sepanjang waktu di garis depan dengan pekerja penyelamatan.

1,1000 pasukan parasut mulai naik pesawat 2 jam setelah gempa. Meskipun hujan deras, angin kencang dan awan tebal, mereka melompat dari lebih dari 20.000 kaki tinggi ke area gunung terpencil dimana mereka bahkan tidak tahu apakah akan ada tempat bagi mereka untuk mendarat.

Dengan jalan terkubur oleh tanah longsor dan cuaca buruk memalu operasi udara, sekelompok 600 tentara dan tim medis berjalan 21 jam langsung berjalan kaki di daerah pegunungan, membawa pasokan bantuan yang berat, risiko tanah longsor dan batu jatuh. Mereka menjadi kelompok pertama yang tiba di pusat gempa.

Tentara dan petugas penyelamat bekerja sepanjang waktu untuk menyelamatkan orang masih terkubur oleh gempa. Tidak untuk mengangkut alat berat ke daerah terpencil karena jalan yang tertimbun longsor, mereka sering harus menggunakan tangan untuk bergerak ton beton.

Orang-orang bergegas untuk menyumbangkan uang. Banyak orang kaya disumbangkan dalam jutaan, tapi tidak ada yang dapat menandingi tunawisma di Nanjing, 1000 mil dari area bencana. Dia melihat berita dan pergi donasi 5 Yuan di pagi hari. Dia mengatakan orang-orang di area bencana lebih parah dari dia karena hidup mereka terancam. Dia datang kembali sore hari donasi 100 Yuan ($ 14). Dia menjelaskan bahwa semua ia hanya recehan dan pecahan, dan dia tidak ingin membuang waktu relawan dengan menghitungnya, jadi dia pergi ke bank untuk mengubah segala yang ia miliki ke dalam satu tagihan besar. Ini dari seorang pria yang tidak memiliki uang untuk membeli makanan untuk dirinya sendiri.

Seorang anak berusia 3 tahun itu ditarik keluar dari reruntuhan setelah terkubur selama 2 hari. Dia dalam kondisi kritis dan kehilangan kaki, namun selamat. Orangtuanya berpegangan tangan satu sama lain dan bahu tatap muka untuk membuat lengkungan untuk melindungi dirinya dari bangunan jatuh. Orangtuanya tidak bisa keluar.

Seorang anak berusia 5 tahun berhasil diselamatkan setelah terkubur di bawah reruntuhan selama 24 jam. Tangan kirinya patah, tetapi dia tersenyum dan memberi hormat kepada penyelamat nya. Senyumnya membuat semua orang menangis.

Seorang anak berusia 11 tahun dibawa kakaknya dan berjalan 12 jam langsung ke pusat bencana melarikan diri.

Ketika gempa terjadi, seorang guru kelas 26 tahun pertama bergegas untuk membawa siswa tercengang dia dari kelas mereka di lantai tiga ke lantai dasar. Dia berhasil menarik sebagian besar murid-muridnya, tetapi bangunan runtuh saat dia mencoba menarik keluar beberapa hari lalu. Pada saat terakhir hidupnya, dia mencoba mengunakan tubuhnya untuk melindungi muridnya dari beton jatuh.

Banyak guru melakukan hal yang sama.

Bayi ini, setelah terkubur selama 24 jam, secara ajaib, diselamatkan unscratched. Dia berusia sekitar 3-4 bulan, dan ibunya berlutut, disematkan kepala dan tangannya di tanah untuk melindunginya dari beton jatuh, dan diperah dia. Ibunya tidak bisa keluar. Seorang pekerja penyelamat menemukan ponsel ibunya di bungkus nya. Ini memiliki pesan ditinggal oleh ibunya: "Anakku sayang, jika Anda bertahan hidup, ingatlah, Mama mencintai kamu selamanya ..."

The Heroes of Sichuan Earthquake
An earthquake of magnitude 8.0 struck Sichuan province of China at 2:28PM, May 12, 2008. The epicenter of the earthquake, Wenchuan, is about 90 miles from Chengdu. The earthquake released more energy than 500 atomic bombs, 30 times more than the Kobe earthquake in Japan in 1995. By May 19, there are more than 32,000 confirmed dead, more than 20,000 still missing, and more than 4.7 million houses collapsed or heavily damaged.

Cities close to the epicenter are flattened; whole mountains collapsed.

Millions of people lost their loved ones, their homes, their belongings. Yet there is no looting, no complaints, just people helping each other.

Within hours, people rushed to rescue. Blood donation lines run for 100 yards, and people waited hours to donate blood. Within 24 hours, all major blood banks ran out storage space.

The highway to the earthquake struck city Dujianyang (20 mile from Chengdu) was almost jammed one hour after the earthquake, not by people fleeing the aftershocks, but by volunteers, led by over 1,000 taxi drivers, came from Chengdu to rescue.

An owner of a big construction company 1,500 miles from the disaster area, just 2 hour 30 minutes after the earthquake, started transporting 60 construction machineries and led 120 volunteers to rescue. They arrived at the disaster area 24 hours later, almost the same time as the Army Engineering Corps.

Medical workers provided care under extreme conditions; they even delivered many new born babies on the parking lot.

The Chinese Prime Minister boarded on a plane 30 minutes after the earthquake and arrived in the disaster area in 2 hours. He has been the chief of the rescue operation since then, working almost around clock at the frontline with rescue workers.

1,1000 paratroopers started boarding airplanes 2 hours after the earthquake. Despite heavy rains, high winds and thick clouds, they jumped from over 20,000 foot high to remote mountain areas where they did not even know if there would be a place for them to land.

With roads buried by landslide and bad weather hammering airborne operations, a group of 600 soldiers and medical teams walked 21 hours straight on foot in the mountain area, carrying heavy relief supplies, risking landslides and falling rocks. They became the first group to arrive at the epicenter of the earthquake.

Soldiers and rescue workers are working round the clock to rescue people still buried by the earthquake. Unable to transport heavy machineries to the remote areas since roads are buried by landslides, they often have to use hands to move tons of concrete.

People are rushing to donate money. Many rich people donated in millions, but no one can match a homeless in Nanjing, 1000 miles from the disaster area. He saw the news and went to donate 5 Yuan in the morning. He said people in the disaster area were worse off than him because their lives were threatened. He came back in the afternoon, donated another 100 Yuan ($14). He explained that all he had were pennies and dimes, and he didn’t want to waste volunteer workers’ time to count them, so he went to the bank to change everything he had into one big bill. This is from a man who doesn’t have money to buy food for himself.

A 3 year old child was pulled out from rubble after being buried for 2 days. She was in critical condition and lost a leg, but survived. Her parents hold each other’s hands and shoulders face to face to make an arch to shield her from the falling building. Her parents did not make it out.

A 5 year old boy was rescued after being buried under rubbles for 24 hours. His left hand was broken, but he smiled and saluted to his rescuers. His smile made everybody cry.

An 11 year old boy carried his sister and walked 12 hours straight to flee the disaster center.

When the earthquake struck, a 26 year old first grade teacher rushed to carry her stunned students from their classroom on the third floor to the ground floor. She managed to pull out most of her students, but the building collapsed when she was trying to pull out the last few. At the last moment of her life, she was trying to use her body to shield the students from falling concrete.

Many teachers did the same thing.

This baby, after being buried over 24 hours, miraculously, was rescued unscratched. He is about 3-4 months old, and his mother kneeled down, pinned her head and hands on the ground to shield him from the falling concrete, and milked him. His mother did not make it out. A rescue worker found his mom’s cell phone in his wrapper. It had a text message left by his mother: “Dear child, if you survive, please remember, Mom loves you forever…”

Made Up (cerita yang dibuat-buat)



Cerita tentang pengorbanan seorang ibu kepada anaknya saat gempa Jepang beredar luas di facebook dan berbagai situs internasional.
Cerita ini "made up" alias dibuat-buat...

mari baca artikel berikut...

-intinya cerita ini dibuat sekedar untuk sensasi agar Jepang mendapat perhatian lebih dunia internasional-
foto tersebut diambil saat gempa di sichuan bukan saat gempa Jepang
Ada beberapa kejanggalan dari cerita yang beredar di di facebook tersebut:
1. anak yang difoto tidak mungkin berumur 3 bulan, umur sebenarnya dalam data gempa
sichuan adalah 3 tahun
2. tidak ditemukan berita tentang cerita ini baik google news maupun situs berita lainnya

berikut artikel asli berbahasa inggris yang penulis dapat dari alamat web:
http://www.reddit.com/r/skeptic/comments/ke3ds/mother_saving_child_in_japan_earthquake_story_is/

This story has been on rounds in facebook and blogs:


This is a true story of Mother’s Sacrifice during the Japan Earthquake. After the Earthquake had subsided, when the rescuers reached the ruins of a young woman’s house, they saw her dead body through the cracks. But her pose was somehow strange that she knelt on her knees like a person was worshiping; her body was leaning forward, and her two hands were supporting by an object. The collapsed house had crashed her back and her head.

With so many difficulties, the leader of the rescuer team put his hand through a narrow gap on the wall to reach the woman’s body. He was hoping that this woman could be still alive. However, the cold and stiff body told him that she had passed away for sure. He and the rest of the team left this house and were going to search the next collapsed building. For some reasons, the team leader was driven by a compelling force to go back to the ruin house of the dead woman. Again, he knelt down and used his had through the narrow cracks to search the little space under the dead body. Suddenly, he screamed with excitement,” A child! There is a child! “ The whole team worked together; carefully they removed the piles of ruined objects around the dead woman. There was a 3 months old little boy wrapped in a flowery blanket under his mother’s dead body. Obviously, the woman had made an ultimate sacrifice for saving her son. When her house was falling, she used her body to make a cover to protect her son. The little boy was still sleeping peacefully when the team leader picked him up. The medical doctor came quickly to exam the little boy. After he opened the blanket, he saw a cell phone inside the blanket. There was a text message on the screen. It said,” If you can survive, you must remember that I love you.” This cell phone was passing around from one hand to another. Every body that read the message wept. ” If you can survive, you must remember that I love you.” Such is the mother’s love for her child!!

There is a picture accompanying alongwith: http://i.imgur.com/hJleI.jpg

There are lots of reason this story looks fake. The most huge giveaway is, how can she type a message on her cellphone inside the remains. And if she had a cellphone why didn't she call for some assistance. How can a body become "stiff and cold". It should be limp, right? Also, the baby was still sleeping peacefully after an earthquake? WTF? If this was true, there was a very small chance of baby living, let alone "sleeping peacefully".

What do you guys at /r/skeptic think?

I'm pretty much certain it's made-up. Here's why:

-I can't find a similiar story on Google News using keyword searches. Not finding evidence for a claim doesn't always mean it didn't happen, but it means there's absolutely no reason to think it did.
-The phrase ” If you can survive, you must remember that I love you.” doesn't appear in any of the thousands of news sources Google News indexes.
-Using tineye, the image appears to be from an earthquake in SW China in 2008.
[–]jdac 1 point 23 days ago
Nice, I'll be downloading tineye presently.
[–]JosiahJohnson 1 point 23 days ago
Tineye is a web app, I thought...
[–]jdac 2 points 23 days ago
I'm referring to the Firefox plugin, sorry.
[–]JosiahJohnson 1 point 23 days ago

That makes a lot more sense.

[–]jdac 1 point 23 days ago
Yeah,I conflate the Web of Trust plugin with the application itself sometimes too. A bad cognitive habit.
[–]jdac 2 points 23 days ago

I found this story suspicious for different reasons than you. Mainly, in fact by seeming inconsistencies between the photo and the story. Maybe I'm wrong, but the child in the photo looks too big to be three months old, and the earth pit they're in doesn't look like the situation described in the text:

when the rescuers reached the ruins of a young woman’s house, they saw her dead body through the cracks.

What cracks exactly? This pair look like they've been buried. I don't think this is a rock-solid objection, but for better (skepticism) or worse, it raised an eyebrow with me.

In any event, our suspicions proved correct, as TaxandSpendDinosaur points out. And in his source, the image and description match.

Some interesting questions I'd like to see answered about this story is who put the text and image together, and why? Did they create the text, or take it from somewhere else? Given certain "red flags" in the text, this looks like it could have been adapted from a miracle-anecdote of the sort that one's vaguely protestant mother likes to forward to one's email. And if so, by whom and for what purpose? Pious fraud, a prank maybe?

Personally, it's at this point in the story of a fake that things get really interesting to me.
[–]5550674 2 points 22 days ago
The Picture is from 2008 Sichuan earthquake.
[–]fofalina 2 points 16 days ago
You will find the real story at the bottom of this page http://edikdolotina.blogspot.com/2008/06/heroes-of-sichuan-earthquake.html And yes,the photo is from the Sichuan earthquake 2008.
Why would someone do that? We,who live in Japan have been through hell since march 11th and it's just disturbing to even think that someone might make up a story based on other's tragedy.
[–]dumbdude 1 point 14 days ago
http://www.cnngo.com/explorations/none/heroes-wake-disaster-633758
[–]vicksvepolap 1 point 11 days ago*
I'm from Japan and when I looked at this I immediately thought this is made-up. At least this is not a picture from Japan for the following reasons:
1) firefighters' jacket - they don't look like Japanese. Japanese firefighters wear like this: http://chiiki.city.tottori.tottori.jp/toyomi-1/syouboudan/newpage22.html
2) red soil - soil in Japan (particularly the area affected by the earthquake) are more fertile, and it looks more like dark-brown or black.
3) why they are not rescuing!! it looks like the firefighters are doing archeological exploration!! we don't treat the deceased like this!!!
permalink
[–]Excentinel 0 points 6 days ago
Not only that, if it were Japan there would be one person with a shovel and they would be making more progress.
permalink
parent
[–]The_Giver 2 points 10 days ago*
GOT IT! Google translated story
The caption on the image is (translated from Google): August 31 morning, the fire brigade from the Li Huili County, Xinqiao Town, dig out the rubble remains of two people.
Also there's another image of a nearby area where they are pulling a cow/bull from a ditch.
permalink
[–]davidrynn 2 points 8 days ago
This is being passed around facebook. I don't want to be the downer to tell people it's fake. So, it did happen in China (fofalina post - even that is suspect though)?
permalink
[–]KayGBee -2 points 14 days ago
true or not its a powerful and interesting story of a mothers love for her child.
permalink
[–]80cent 3 points 14 days ago
Definitely loses all power when you realize it's a cheap story sold as truth.
permalink
parent

Kamis, 06 Oktober 2011

"Surat Terbuka" Mengenang Refri Agustian Widodo (Pilot Adam Air)

padang Ekpres Online Saptu 6 Januari
===============================

"Surat Terbuka" Mengenang Refri Agustian Widodo (Pilot Adam Air):
Sabtu, 06-Januari-2007, 04:52:53
oleh Zefrizal Nurdin, SH. MH

** Nak Ery, Tahun Ini Pak Etek Khatib di Lapangan Mahad Islami

Hilangnya pesawat Adam Air menghadirkan kedukaan bagi bangsa ini.
Begitupun bagi Sumbar. Salah seorang putra terbaiknya, Refri Agustian
Widodo, sang pilot, asal Batuhampa, Kabupaten Limapuluh Kota, sampai
kini belum juga ditemukan. Dalam kedukaan itu, redaksi Harian Pagi
Padang Ekspres kedatangan tamu, tadi malam. Tamu itu, Zefrizal Nurdin
SH, MH, dosen di Fakultas Hukum Unand. Beliau merupakan Pak Etek dari
Refri Agustian Widodo. Sebuah tulisannya berkaitan dengan Ery, sapaan
akrab Refri Agustian Widodo, serta kehidupannya diberikan untuk
pembaca. Tulisan itu kami muat utuh hari ini. (redaksi)
Aku dan Desaku

Sekitar sepuluh kilometer menjelang Payakumbuh dari arah Bukittinggi
dengan berbelok ke kiri sekitar 2 Km, anda akan menjumpai sebuah desa
tempat aku dan kerabatku tumbuh; Batuhampa. Orang tuaku juga lahir di
situ. Ayahku bungsu dari 4 bersaudara yang semuanya laki-laki. Si
Sulung bernama Pak Tapa, punya 4 anak, satu di antaranya laki-laki
bernama Darakutni. Semua anaknya, kini sudah berpulang dalam usia
relatif muda. Pak Odangku kedua. Punya 3 anak, 2 di antaranya
laki-laki yang juga berpulang dalam usia belum begitu tua, satu
perempuan; kak Ima yang kini masih hidup. Pak Odang ketiga hanya punya
satu anak laki-laki yang juga telah tiada dalam usia lebih dari 60-an.
Kini dari garis keturunan laki-laki pada generasi kedua tinggal aku si
bungsu dan abangku tertua yang mengapit 4 saudara perempuan kami.

Pilot

Kami selalu memanggilnya "Ery", tapi uwanku Darakutni selaku ayah,
selalu memanggilnya Hery. Rasanya Wan Tani, sapaan akrab uwanku
Darakutni, pernah cerita, nama Refri Agustian Widodo yang "ujung"nya
berbau "kejawaan" lantaran nama ini diberikan atasannya di jajaran
angkatan laut tempat ia bekerja, bukan sekadar nama taktis agar bisa
cepat berbaur dalam dunia militer.

Yang masih terukir jelas dalam memoriku adalah penuturan kak Nimar
(Ibu Ery), bahwa mereka hampir mati bersama, andai saat itu si
pembidik tak lagi dibisiki Allah belas kasih. Saat itu ketika
berlangsung pembersihan "tentara luar" yang dianggap memberontak
terhadap tentara pusat. Uwanku ditangkap dan segera dieksekusi mati di
bibir Ngarai Sianok. Beruntung, kabar tersebut sampai ke kakakku
Nimar. Dengan perut besar karena Ery telah 8 bulan dalam kandungan,
dia mencoba memagari Uwan dengan tetap bergelantungan pada Uwan dari
arah bidikan. Prinsip kakak "jika uwan mati, maka harus mati bertiga".

Uwan dan Jakarta

Kehamilan kakak dijadikan indikasi ataupun alibi bahwa Wan tidak
berada "di luar", dan Wan jadi selamat. Kata Uwan padaku suatu malam,
jika takut dengan peluru, larilah ke gagang pistol. Wan lari ke
gagangnya: Jakarta. Sejak itulah Wan aktif di angkatan laut.
Disanalah, tepatnya di Tebet Timur, Ery kemudian berkembang disertai
seorang adik: Semy Jony Putra yang juga berkiprah mengikuti jejak Uwan
di angkatan laut.

Aku dan Tebet Timur

Awal 1974 aku melanjutkan studi ke Pendidikan Hakim Islam Negeri,
salah satu SLTA di Yogya. Dalam usia 17 tahun itu, aku berangkat
sendirian dengan dititipkan Mak pada seorang penumpang: Marnizen (aku
tak tahu kini ia dimana) dan Wan menanti di Tanjung Priuk. Selama
studi di Yogya sampai menamatkan Fakultas Hukum UGM tahun 1982,
keluarga terdekatku ada di Tebet Timur itu dan ke sanalah aku pergi
setiap libur sekolah.

Aku makin hafal jalan jalan di Jakarta berkat Ery dan Wan yang sering
membawaku berkeliling.

Suatu kali mobil yang dikemudikan Ery ditabrak dari belakang. Kulihat
Ery betapa tenang mengatasi hal ini, tanpa tergurat sepercik emosi
pun. Pada kali yang lain mesin Sanyo penyedot air sumur yang diletak
menggantung di tengah sumur berkedalaman 12 meter, tiba-tiba ngadat,
kedua anakku ini (Ery dan adiknya) berebut untuk turun memperbaikinya
hanya dengan diturunkan pada seutas tali oleh Wan. Di tepi sumur
badanku menggigil menyaksikan aksi bapak dan anak. Ini benar-benar
latihan laki-laki.

Aku tak heran jika Ery berkeinginan jadi pilot dan menurutku itu cocok
untuknya. Namun ketika cita-citanya terwujud, beberapa kali pula
perasaan cemas akan kejatuhannya menyergapku, dan rasa cemas itu
selalu kutepis dengan alasan bahwa akulah yang Phobia ketinggian.

Di sisi lain andai aku naik pesawat dan tahu Ery adalah pilotnya, aku
yakin rasa cemas itu akan menguap, bukan lantaran ia kerabatku, tapi
lantaran aku tahu kemampuan dan ketenangannya dalam menghadapi situasi
apapun.

Aku, Ery dan Awan

Tiap Lebaran Fitri ia pulang ke kampung bersama istrinya Zulfia (anak
kak Ima) yang juga merupakan mantan mahasiswaku di Fakultas Hukum
Unand, dan kini jadi notaris di kota mereka menetap; Sidoarjo.

Ery sering kali bertanya menjelang Fitri itu tentang lokasi aku
menjadi khatib Ied, sebab ia akan sholat di sana. Beberapa kali aku
menatapnya dari mimbar. la sepertinya bangga padaku, seperti aku juga
bangga padanya. Atau mungkin ini suatu kebanggaan nostalgia. Seperti
halnya ia datang, ia pun kembali ke Surabaya dengan menembus awan.
Awan, angin, biru laut, biru gunung, biru langit adalah dunianya.

Saat menuju Menado, laporan anakku pada Bandara Hasanuddin, ia
terjebak gumpalan awan dan angin yang bertiup dari samping dalam
kecepatan amat tinggi. la tak bisa melihat birunya laut, gunung dan
langit. la melayang entah ke mana. Pak etek tidak memiliki firasat
apapun sebelumnya, kecuali sebuah mimpi dua hari sebelum kau jatuh
bahwa aku kematian diriku sendiri. Kemudian kembali hidup dan
terdampar di puncak sebuah bukit kecil yang bila menatap ke depan dan
ke samping kanan terlihat sebuah sungai besar berliku yang mengalir
dekat ke muara sebelah barat entah di pulau mana.

Ananda Ery! Jika kau masih mungkin kami jangkau dan amat sulit
terdeteksi, pesankan pada Illahi agar Pak Etek bermimpi tentang tempat
keberadaanmu. Masih besar harapan Pak Etek kau mampu mengatasi
ganasnya rimba dalam ataupun dalamnya samudera. Kau adalah seorang
putra pelaut.

Tak perlu kau tanya, tahun besok Pak Etek khatib di lapangan Mahad
Islami Payakumbuh. Datang dan duduklah di baris depan seperti biasa
agar Pak Etek bisa menatapmu dengan lepas. Tapi jika kau memang telah
pergi bersama-Nya, dengan rasa tersekat Pak Etek ucapkan selamat
jalan, dan temuilah dulu ayahmu, nak.

Kelak kita semua semoga berkumpul lagi di tempat yang jauh lebih hebat
dibanding Tebet Timur.

Pak Etekmu Zef

Pembaca yang terhormat, saya juga mohon doa dari anda semua untuk
keselamatan anak saya Ery. Terima kasih. (***)

catatan dr siswa sma 3 padang

silahkan langsung ke alamatnya
http://realitasekolah.blogspot.com/2009/06/profil-sman-3-padang.html

Kepsek SMAN 3 Padang Dilempar Batu Oleh Guru Agama (mantan kepsek sma 9 padang)

Tawuran antar siswa mungkin sudah lazim. Begitu juga dengan keributan sesama oknum guru. Tetapi jika ada guru yang memukul kepala sekolah mungkin jarang terjadi. Tetapi begitulah kenyataannya. Basril (50), Kepala SMA 3 Padang terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah dihujam batu oleh seorang guru Nurdapen (45) di sekolah yang berlokasi di Jalan Gajahmada Gunung Pangilun Padang itu, Senin (28/1).

Naasnya yang memukulkan batu ke bagian mulut warga Perumahan Banuaran Indah Lubuk Begalung Padang itu bukan guru biasa. Tetapi Nurdapen adalah guru agama di sekolah tersebut.

Sebenarnya ketika itu Basril hanya menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah. Nurdapen yang jarang masuk ditegur di depan ruang kepala sekolah sekitar pukul 12.30 WIB. Tanpa sepatah katapun tiba-tiba saja batu mendarat di mulut Basril. “Saya hanya menjalankan tugas dan berkewajiban menegur guru yang tidak disiplin,”ujarnya di Mapoltabes Padang.

Kontan saja akibat hujaman benda keras itu darah segar mengucur dari mulut Basril. Bahkan ia sempat tersungkur ke lantai akibat kerasnya pukulan tersebut. Untung saja keributan itu segera dilerai sejumlah guru-guru yang lain. Sehingga kejadian yang lebih parah terhindarkan.

“Kalau tidak ada guru lain yang menolong, mungkin lebih parah. Pasalnya saat sudah terjatuh yang bersangkutan masih akan menghujamkan batu ke kepala saya,”lanjut pria paruh baya tersebut.

Guna mendapat perawatan, lelaki asal Pauh Padang itu dilarikan ke rumah sakit. Tidak hayal, sejumlah jahitan dilekatkan di mulutnya untuk mencegah banyaknya darah yang keluar.

Tidak lama berselang kasus ini dilaporkan ke Poltabes Padang. Hingga saat ini Jajaran Satuan Reserse dan Kriminal tengah melakukan penyelidikan guna mengusut tuntas kasus tersebut.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Poltabes Kompol Mukhti Juharsyah yang didampingi Wakasat AKP Hasanuddin menegaskan, pihaknya segera akan memeriksa sejumlah saksi dan Nurdapen.

Menurut Basril, guru agama asal Payakumbuh itu sudah sering tidak mengajar. Bahkan pada semester sekarang hanya sekali datang ke sekolah. Sementara semester sebelumnya kehadiran yang bersangkutan hanya 50 persen.(aci)

Kepala SMA 8 Padang Didemonstrasi Ratusan Siswa (Kepsek Pindahan dari SMA 9 Padang)

http://berita.liputan6.com/read/186575/kepala-sma-8-padang-didemonstrasi-ratusan-siswa
Liputan6.com, Padang: Ratusan siswa Sekolah Menangah Atas 8 Padang, Sumatra Barat, mendemonstrasi kepala sekolah, Senin (21/1) siang. Mereka menuding kepala sekolah korupsi karena banyak pungutan tak jelas yang harus dibayarkan. Siswa menuntut pungutan itu dihapuskan.

Pungutan yang dianggap memberatkan antara lain uang pembangunan sekolah setiap tahun, iuran belajar tambahan, serta denda-denda yang tak jelas kegunaannya. Menurut siswa tiap tahun mereka membayar uang pembangunan Rp 200 ribu. Sementara pembangunan sekolah tak pernah ada. Sedangkan biaya belajar tambahan siswa diwajibkan membayar Rp 180 ribu setiap semester.

Sang Kepala SMA 8 Padang Djanawir membantah melakukan penyelewengan terhadap dana itu. Hingga unjuk rasa berakhir, siswa belum mendapatkan keputusan tentang tuntutannya menghapuskan pungutan tersebut.(JUM/Denni Risman dan Arset Kusnadi)

Isu Itu Lagi, Budaya Korupsi di SMA N 9 Padang

Isu Itu Lagi, Budaya Korupsi di SMA N 9 Padang
Lagi isu itu mencuat, siswa SMA N 9 Padang secara tajam menuding Kepala Sekolah, Nilma Lafrida, telah melakukan korupsi. Ungkapan “lagi” ini tentu saja menggambarkan keadaan yang dulu juga sudah sering dialami siswa SMA ini, hanya saja berbeda masa. Zaman yang kian berkembang dan kecanggihan teknologi tentu saja telah mengubah tingkah laku dan pola piker pelajar kini.
Kira-kira 9 tahun yang lalu, SMA ini dipimpin oleh seorang kepsek inisial B. B dituding telah melakukan tipikor oleh sebagian besar perwakilan kelas yang tergabung sebagai anggota OSIS SMA tersebut. Diwarnai unjuk rasa oleh anggota OSIS kala itu, para siswa mempertanyakan realisasi perbaikan lantai kelas yang dananya ditarik dari setiap siswa yang bersekolah di SMA tersebut kala itu. Masing-masing siswa diwajibkan menyumbang 1 keramik, jumlah siswa sekitar 1000-an. Namun kelas yang berhasil dikeramik hanya 2 kelas, dengan total keramik yang dihabiskan untuk kelas ukuran 5 x 5 meter tak lebih dari 300 keramik. Tudingan sebagian perwakilan siswa ini justru berbalik ke siswa itu sendiri, beberapa siswa pengunjuk rasa itu dianggap sebagai siswa nakal dan perlu dilakukan pemanggilan orang tua wali murid. Setelah 5 tahun kepemimpinannya, SMA 9 berganti kepsek. Bapak B dipindahkan ke SMA N 3 Padang, di SMA ini pun peristiwa yang nyaris sama juga terjadi. Para siswa SMA N 3 Padang mempertanyakan pembangunan kelas dua lantai yang dibangun dengan angka yang sangat mahal. Namun isu di kedua SMA ini tak begitu mencolok dan cenderung ditutupi oleh pihak sekolah sendiri.
SMA 9 dipimpin lagi oleh seorang kepsek berinisial D, tak lama setelah menjabat, beberapa anggota OSIS pun gusar dengan tidak adanya dukungan baik materil maupun moril dari kepsek terhadap kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan kompetisi diluar sekolah, padahal kegiatan ini dapat meningkatkan citra SMA dan menghindarkan generasi muda dari hedonisme. Kegusaran mereka bukannya tak beralasan, pada laporan keuangan SMA, rapat komite maupun bantuan dari dinas pendidikan selalu ada alokasi dana untuk mendukung kegiatan ekstra siswa tersebut. Namun protes ini sama hanyutnya dengan protes siswa 5 tahun sebelumnya. D pun dipindahkan ke SMA N 8 Padang setelah setahun saja menjabat di SMA N 9 Padang. Lagi, kepsek pindahan dari SMA N 9 Padang tak luput dari interupsi. Di SMA N 8 Padang pun D diserbu para siswa dengan jumlah yang lebih banyak, D kembali dituduh telah melakukan tipikor.
Pola pikir dan tingkah laku siswa pun berubah, di era facebook dan twitter siswa cenderung lebih berani mengungkapkan aspirasi mereka, terlebih SMA N 9 Padang terletak dilingkungan yang sama dengan Universitas Andalas. Masa SMA merupakan masa transisi, siswa cenderung bersifat peniru dan tak mau kalah. Saat mahasiswa Universitas Andalas kian marak demonstrasi dengan berbagai kepentingan di berbagai tempat, bahkan di halte Pasar Baru yang hanya berjarak 100 meter dari SMA 9 Padang, para siswa SMA 9 pun memberanikan diri melakukan hal yang serupa dan tidak mau ketinggalan gaya. Sekitar 900-an siswa SMA N 9 Padang pun berdemonstrasi disertai aksi mogok belajar sebelum tuntutan mereka dikabulkan. Para siswa meminta pergantian kepala sekolah karena kepsek dituding telah melakukan tipikor berupa uang baju seragam sekolah, atribut seragam sekolah, anggaran kegiatan ekstrakulikuler. Tidak akan ada proses belajar mengajar sebelum kepala sekolah diganti dan tuntutan mereka dipenuhi, begitulah yang ditekankan para siswa ini, terlebih siswa kelas X.
Itulah SMA N 9 padang dengan berbagai isu korupsinya, SMA sambilan, sambil jabat sambilan korupsi. Malang betul, sayangya dinding SMA ini tak mampu blak-blakan. Entah apa yang sebetulnya dan tak sebenarnya terjadi.
Korupsi memang telah membudaya, dari jabatan teri hingga jabatan kakap. Alih-alih kekaguman dan jilat-menjilat dari para oportunis, korupsi pun dianggap hal yang biasa bahkan pelakunya tanpa malu justru merasa bak artis yang kian disorot oleh media. Sungguh, sebelum persepsi ini dilengserkan, teramat sulit bagi negeri ini untuk terlepas dari kebinasaan dan keterpurukan.

Rabu, 05 Oktober 2011

makasi

ga nyangka byk juga yang comment di blog ini...
ada yg positif tp byk jg yg negatif..
tapi itu semua sifat kritis yang dapat membangun
silahkan dibaca lagi postingan sy..
whole text ya..
spy ga da mispersepsi lagi...
mkasi atas tanggapannya..
maaf kl komennya baru dibalas..
pdhl sdh setahun yang lalu..

Jumat, 25 Maret 2011

joke...sumpah lucu tenan...

Susahnya Menjadi Istri Programer

Suami : [ Pulang telat dari kantor ]
“Selamat malam, sayang. Sekarang saya lagi logged in.”

Istri : “Apakah kamu bawa oleh-oleh yang aku minta?”

Suami : “Ha? Ooo… Bad command or filename.”

Istri : “Tapi aku bilangnya dari tadi pagi lhooo!”

Suami : “Masak sih? Errorneous syntax. Abort?”

Istri : “Terus, bagaimana tentang beli televisi baru kita dan juga kulkas?”

Suami : “Variable not found..”

Istri : “OK. Kalo gitu, aku minta kartu kreditmu saja.
Aku mau belanja sendiri saja!” [ agak kesel ]

Suami : “Ooh.. Noo… Sharing violation. Access denied!”

Istri : [ dengan nada jengkel ]
“Apakah kamu lebih mencintai komputer daripada aku?
Atau kamu hanya main-main saja!?”

Suami : “Too many parameters, darling …”

Istri : [ kali ini bener-bener jengkel ]
“Ini kesalahan terbesar karena menikahi orang bodoh sepertimu!”

Suami : “Data type mismatch.”

Istri : “Kamu tidak berguna!!” [ marah ]

Suami : “It’s by default.”

Istri : “Bagaimana dengan gajimu!?” [ kesal tambah penasaran ]

Suami : “File in use… Try later.”

Istri : [ dengan nada tinggi karena jengkel uda sampe ubun-ubun ]
“Kamu brengsek! Kamu tidak pernah peduli pada kebutuhanku! Kalo gitu, apa posisiku di matamu selama ini?”

Suami : “Unknown virus.”