Minggu, 08 November 2009

METODOLOGI PENELITIAN (RESEARCH) PERENCANAAN


II. PERENCANAAN
Sebelum melakukan penelitian ada beberapa hal yang perlu kita lakukan terlebih dahulu:
1. Pilih topik penelitian
Topik yang dipilih diharapkan sesuai dengan kemampuan peneliti secara moril dan materil, dipikirkan secara matang terlebih dahulu, singkatnya peneliti harus menguasai topik yang akan dipilih.
2. Lakukan studi pustaka
Hal ini tentu saja dilakukan dengan mencari referensi. Saat ini studi pustaka tidak hanya dilakukan di pustaka saja dengan membaca buku. Browsing di internet dan wawancara para ahli, juga disebut studi pustaka. Aspek input utama juga dapat diambil dari hasil penelitian sebelumnya bila telah ada dilakukan penelitian sebelumnya oleh peneliti sendiri atau peneliti lain, berupa
• Data Kuantitatif
• Data Kualitatif
• Landasan teori
3. Rumuskan masalah
Penelitian dilakukan umumnya didasarkan pada adanya masalah, tujuan yang ingin dicapai, teori yang digunakan dalam melihat masalah, serta metode yang digunakan untuk menjawab masalah.
Apa yang disebut sebagai masalah penelitian ialah segala sesuatu yang bertentangan/berbeda antara keinginan dengan kenyataan yang dihadapi (problem is any discrepancy between an actual state of affairs and some ideal state). Dikatakan ada masalah berarti ada kenyataan yang berbeda bahkan bertolakbelakang antara apa yang seharusnya terjadi (das sollen) dengan kenyataan yang dihadapi (das sein). Adanya perbedaan kenyataan tersebut mempengaruhi atau menyebabkan munculnya kerugian bagi banyak orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati, sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar pemecahannya.
Dalam batasan yang sederhana, masalah bisa diartikan sebagai (a) sesuatu yang belum diketahui (karena sifat kebaruannya) dan menimbulkan rasa ingin tahu; (b) segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya; (c) segala sesuatu yang dipertanyakan; atau (e) segala bentuk hambatan, rintangan, atau kesulitan yang muncul pada sesuatu bidang yang perlu dihindari dan disingkirkan.
Untuk menemukan masalah penelitian, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di antara cara-cara itu ialah dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan manusia secara cermat. Dari pengamatan tersebut, lantas kita tanyakan kembali yakni apakah ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang ditemui? Lihatlah bagaimana seorang teknisi mobil di bengkel bekerja. Dengan menghidupkan mesin mobil, mereka cepat tahu apa yang tidak beres pada mesin mobil tersebut. Begitu pulalah dengan dokter. Dengan mengamati pasien ditambah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan singkat, dokter akan tahu kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Jika kurang yakin atau untuk lebih meyakinkan diri, seorang teknisi mobil atau seorang dokter akan mengetes (mendiagnosis) dengan memakai alat-alat yang dimiliki. Untuk mempertajam pemahaman atas jawaban yang diajukan sendiri, perlu dibantu dengan membaca sumber-sumber bacaan sesuai dengan bidang pengetahuan yang digeluti. Semakin kita kuasai bidang keilmuan, akan semakin peka untuk melihat adanya masalah. Sumber-sumber bacaan itu bisa dicari misalnya dari laporan-laporan penelitian. Bisa jadi, akan kita temukan adanya ketidakajegan hasil-hasil penelitian tentang sesuatu hal. Ini mungkin bisa dilihat dari arah pendekatan teori atau metodologi yang dipakai. Jika perlu, bisa juga dilanjutkan dengan mendiskusikan kepada peer-group atau kepada pihak-pihak yang terkait, sehingga menambhak keyakinan kita adanya masalah penelitian yang menarik dikaji. Namun demikian, tidak semua masalah menjadi penting untuk diangkat sebagai permasalahan yang membutuhkan penelitian. Dalam hal ini, diperlukan sejumlah pertimbangan, di antaranya: (a). Apakah penelitian terhadap masalah yang kita angkat itu akan memberikan sumbangan untuk pemecahan masalah-masalah praktis, pengembangan teori, atau memiliki daya tarik karena kebaruannya?; (b) Kalau kita meneliti terhadap masalah yang akan kita ajukan itu, apakah dari segi biaya, waktu, fasilitas, kemampuan, dan metodologi, terkuasai?
Apabila sudah “mencukupi”, maka langkah berikutnya adalah “merumuskan permasalahan ke dalam susunan kalimat yang jelas. Ingat, dapat merumuskan dengan baik masalah penelitian yang akan dilakukan, sudah merupakan separoh dari berhasilnya penelitian itu sendiri”. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, hendaknya masalah yang diajukan dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas, dan padat. Kedua, hendaknya, di dalam susunan permasalahan itu memberi petunjuk tentang mungkinnya melakukan pengumpulan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam perumusannya itu.
4. Rumuskan RESEARCH QUESTION
Research question yang biasa dipakai adalah:
- What
- When
- Where
- Who
- Why
- Which
- How
5. Rumuskan hipotesa dan luaran yang diharapkan
Hipotesis adalah hasil proses teoretik atau proses rasional yang berbentuk pernyataan tentang karakteristik poupulasi. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang ada pada perumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Sebagai hasil proses teori yang belum berdasarkan atas fakta, maka hipotesis masih perlu diuji kebenarannya dengan data empiris.
Penelitian yang merumuskan dan menguji hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif pada tahap tertentu mungkin baru bisa menemukan hipotesis, yang selanjutnya hipotesis yang telah ditemukan diuji oleh peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis penelitian yang dirumuskan berdasarkan teori-teori yang relevan dinamakan hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif. Ingkaran atau negasi dari hipotesis alternatif disebut hipotesis nol atau hipotesis statistik. Hipotesis nol perlu dirumuskan secara statistik karena dalam pengujian statistik yang diuji adalah hipotesis nol. Kesimpulan mengenai hipotesis penelitian adalah implikasi logis dari hasil pengujian terhadap hipotesis nol. Artinya, jika hipotesis nol ditolak maka hipotesis penlitian diterima atau dianggap benar dengan taraf kepercayaan 1 - α .
Pembentukan hipotesis tidak berarti bahwa hubungan tertentu yang diharapkan merupakan suatu fakta yang pasti. Seorang peneliti harus waspada jangan sampai mempunyai “vested interest” untuk membenarkan kebenaran hipotesisnya, sehingga berusaha bagaimanapun juga menyesuaikan datanya dengan hipotesisnya, sedangkan sebenarnya hipotesis itu sendiri masih harus diuji kebenarannya. Gejala ini menunjukkan bahwa ada kalanya seorang peneliti tidak sadar bahwa kalau hipotesisnya tidak teruji, juga merupakan penemuan yang dapat bermanfaat bagi pengetahuan tentang
masalah yang diteliti.
Berdasarkan pemikiran tersebut jelas bahwa hipotesis penelitian tidak ditentukan secara asal-asalan, tetapi berdasarkan atas teori, kerangka pikir, dan fakta komparasi yang cukup kuat, sehingga secara teoretik telah mempunyai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi hipotesis adalah hasil dari tinjauan pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoritik. Namun demikian kebenaran hipotesis masih harus diuji secara empirik. Oleh karena itu, hipotesis juga dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empirik. Trelease (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai “suatu
keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati”, sedangkan Good dan Scates (1954) menyatakan bahwa “hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan dan diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang dapat diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah penelitian selanjutnya” (Nazir, 1985). Dalam pengujian hipotesis, yang akan diuji adalah apakah hipotesis benar adanya, yaitu sesuai dengan fakta yang ada di populasi. Dalam hubungan ini, hipotesis dipandang sebagai pernyataan tentang karakteristik populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data sampel. Oleh karena itu, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah inferensial yang telah dirumuskan, dan pernyataan tersebut merupakan pernyataan tentang karakteristik populasi yang akan diuji kebenarannya melalui pengujian hipotesis secara statistik dengan menggunakan data empirik yang diperoleh dari sampel. Karena pengujian hipotesis dilakukan secara statistik, maka rumusan hipotesis dalam bentuk pernyataan tersebut biasanya dilengkapi dengan rumusan statistik. Misalnya “ada hubungan positif antara motivasi kerja dengan prestasi kerja” atau “makin tinggi motivasi kerja, maka prestasi kerja yang dicapai juga makin tinggi. Penyataan hipotesis ini sebaiknya dilengkapi dengan rumusan statistik yang berbunyi sebagai berikut:
H1 : ρ > 0 versus HO : ρ ≤ 0
Atau hipotesis mengenai perbedaan misalnya “terdapat perbedaan rata-rata prestasi kerja statistik antara mahasiswa PT yang diajar dengan metode ceramah dan mahasiswa PT yang diajar dengan metode diskusi”. Pernyataan hipotesis ini sebaiknya dilengkapi dengan rumusan statistik yang berbunyi sebagai berikut :
H1 : ρ ≠ 0 versus HO : ρ = 0
Perlu pula dijelaskan bahwa dalam pengujian hipotesis secara statistik, yang diuji adalah Ho (hipotesis nol) yang merupakan negasi atau ingkaran dari hipotesis penelitian (H1 = hipotesis alternatif), karena distribusi statistik yang tersedia adalah distribusi untuk menguji hipotesis nol.

Ciri-ciri Hipotesis
Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Hasil dari proses teoritik dan komparasi fakta yang andal, dan secara teoritik dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
b. Merupakan pernyataan tentang karakteristik populasi.
c. Jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empirik yang diperoleh dari sampel.
d. Hipotesis harus menyatakan hubungan atau perbedaan.
e. Hipotesis harus dapat diuji.
f. Hipotesis harus spesifik dan sederhana.

Teknik Perumusan Hipotesis Secara Statistik
Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang karakteristik populasi yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian. Hipotesis merupakan hasil penelaahan teoritik (melalui proses rasional), baik dengan penalaran deduktif maupun penalaran induktif. Namun demikian kebenaran suatu hipotesis masih harus diuji dengan menggunakan data empirik yang diperoleh dari sampel. Pengajuan hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik statistik.
Untuk kepentingan pengujian hipotesis secara statistik, kita selalu merumuskan hipotesis nol (HO) dan hipotesis alternatif (H1). H1 adalah hipotesis penelitian, sedang HO adalah ingkaran negasi dari H1 yang akan diuji secara statistik. Jadi dalam pengujian hipotesis yang diuji adalah HO, sedang kesimpulan mengenai H1 adalah konsekuensi logis dari hasil pengujian HO. Artinya jika HO ditolak maka H1 diterima, dan sebaliknya jika HO diterima, maka H1 ditolak. Rumusan hipotesis untuk keperluan pengujian dengan
menggunakan teknik-teknik statistik dibedakan atas tiga, yaitu
(1) hipotesis tidak langsung
(2) hipotesis langsung positif
(3) hipotesis langsung negatif.

1. Hipotesis tidak langsung
Untuk menguji hipotesis tidak langsung digunakan uji-dua pihak, yaitu ½
pihak kanan dan ½ pihak kiri sebagai daerah penolakan.


2. Hipotesis Langsung Positif
Untuk menguji hipotesis langsung positif digunakan uji-satu pihak kanan
dengan daerah penolakan sebesar terletak di sebelah kanan.


3. Hipotesis Langsung Negatif
Untuk menguji hipotesis langsung negatif digunakan uji-satu pihak kiri,
dengan daerah penolakan sebesar terletak di sebelah kiri.



CONTOH:
Contoh : Hipotesis tidak langsung
“Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan tingkat kematian bayi”
Secara statistik hipotesis ini dirumuskan :
H1 : ρ = 0 versus Ho : ρ ≠ 0
Jika nilai mutlak koefisien hubungannya cukup besar sehingga masuk pada daerah penolakan kiri, maka Ho akan ditolak, dan kita berkesimpulan bahwa hubungannya signifikan atau ada hubungan pada populasi.

Contoh : Hipotesis Langsung Positif
“Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak balita”, atau “Makin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka status gizi anak balita juga makin baik”. Secara statistik hipotesis ini dirumuskan :
Metodologi Penelitian 91
H1 : ρ > 0 versus Ho : ρ ≤ 0
H0 akan ditolak jika koefisien hubungannya positif dan cukup besar sehingga
masuk pada daerah penolakan.

Contoh : Hipotesis Langsung Negatif
“Ada hubungan negatif antara jumlah anak dengan status gizi”, atau “Makin banyak anak, maka status gizinya akan makin rendah”.
Secara statistik hipotesis ini dirumuskan :
H1 : ρ < 0 versus H0 : ρ ≥ 0
H0 akan ditolak jika koefisien hubungannya negatif dan nilai mutlaknya cukup besar sehingga masuk pada daerah penolakan.
6. Rencanakan mekanisme pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan harus ditentukan terlebih dahulu agar penelitian dapat dilaksanakan tepat waktu dan tepat sasaran, tidak terjadi kebingungan dalam pelaksanaan penelitian.
7. Rencanakan perangkat fikir dan perangkat kerja
Perangkat fikir dan perangkat kerja ditentukan berdasarkan topik penelitian, secara kasar dapat disebut sebagai bahan-bahan apa saja akan dipakai beserta aksesorisnya.
8. Rencanakan waktu dan biaya
Waktu dan biaya merupakan hal utama yang perlu diperhatikan, karena tidak semua penelitian berkaitan dengan sampel dan objek yang dipakai mampu bertahan lama atau lebih cepat, dan tidak semua penelitian dibiayai penuh, tidak hanya biaya pribadi namun penelitian terkadang juga mengajukan proposal penelitian.
9. Menyusun Catatan
Ada ungkapan, setajam-tajamnya ingatan, masih lebih tajam mata pena. Ini artinya, serangkaian kegiatan memilih dan membaca bahan bacaan, perlu diikuti dengan mencatat hal-hal yang relevan dan penting. Seberapa jauh bahan bacaan itu penting dan relevan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pertama, apakah “informasi” ini patut saya catat untuk keperluan ikhtisar saya? Kedua, adakah alasan yang kuat untuk mengambil bahan ini? Dan ketiga, apa saja yang harus saya catat dalam kaitannya dengan penelitian saya?
Jika kita menjawab “penting dan perlu”, berikutnya ialah bagaimana cara mencatatnya. Cara mencatat perlu dipertimbangkan dengan tujuan pemanfaatannya. Dalam hal ini ada tiga bentuk catatan yaitu (1) Kartu ikhtisar, (2) Kartu kutipan, dan (3) kartu ulasan.
Kartu Ihtisar. Mencatat ikhtisar harus teliti karena isinya harus mewakili pendapat aslinya. Catatan ikhtisar harus lebih pendek daripada tulisan aslinya, dan dibuat dalam bentuk garis besarnya. Ini berarti pencatat harus lebih banyak menggunakan pikiran daripada jika ia hanya mengutip beberapa kalimat atau paragraf. Untuk efesiensi, setiap kartu catatan sebaiknya dibuat menurut suatu sistem tertentu. Misalnya dengan menambahkan kode sumber yang dibaca (nomor, singkatan nama penulis buku dll. yang dianggap sangat perlu) di sudut kiri-atas; di tengah atas ditulisi “IKHTISAR”; sudut kanan-atas ditulisi singkatan pokok persoalan.
Kartu Kutipan. Menulis kutipan dalam Kartu Kutipan harus sama persis dengan aslinya. Jika dari bentuk aslinya dianggap salah, bisa diberi tanda (SIC). Sampai seberapa panjang kita mengutip, tergantung pada jenis bahan dan dari kebutuhan kita. Yang perlu diingat ialah untuk satu kartu hendaknya dikutip satu pokok pembahasan saja. Bila antara kutipan-kutipan itu kita memerlukan memberi tambahan, maka tambahan itu harus berada dalam kurung kurawal [ ].
Kartu ulasan. Kartu ini membuat catatan yang khusus datang dari peneliti sendiri. Isi dari catatan merupakan reaksi terhadap sesuatu sumber yang dibaca. Reaksi ini dapat bersifat menambah atau menjelaskan catatan bacaan, dapat pula berupa kritik, kesimpulan, saran, komentar dan lain-lain.


10. Menyusun Tabel Data
Selain menyusun data buku, kita perlu menyusun tabel data. Sehingga memberikan kemudahan dalam memasukkan data saat berada dilapangan



Tidak ada komentar: