Kamis, 03 Desember 2009

MENAFSIR UMUR TERNAK

TUGAS ILMU TILIK DAN TINGKAH LAKU TERNAK
GEMA PUTRI
07 162 006
Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan sapi mempunyai arti penting, karena berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya..

MENAFSIR UMUR TERNAK

Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan sapi mempunyai arti penting, karena berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya..

Yang paling tepat adalah dengan meilhat catatan kelahiran, tetapi hal itu sulit dilakukan dalam praktek, lebih-lebih terhadap ternak rakyat, hanya untuk sapi-sapi perah perusahaan dan babi sebagian besar ada catatan kelahiran itu. Dengan melihat pertumbuhan tanduk lebih sukar dilakukan dan sulit untuk percaya hasilnya, yang paling umum digunakan sebagai alat untuk menentukan umur pada kuda, sapi, kerbau dan domba atau kambing adalah keadaan dan pertumbuhan gigi, karena pertumbuhan, pergantian dan pergeseran dari gigi terjadi pada umur-umur tertentu dan tiap jenis ternak agak serupa sehingga mudah diikuti dan hampir dapat dipercaya kebenarannya (Sastramidjoyo et al, 1982).

Berikut ini disajikan sedikit penjabaran mengenai cara-cara penafsiran umur ternak tersebut, yaitu :

1. Taksiran dengan Metode Gigi

Penafsiran umur dengan melihat perkembangan dan pergantian gigi seri serta terasahnya gigi seri (permanen). Pada pedet terasahnya gigin tidak seberapa karena makanannya hanya diberi air susu, sedangkan pada sapi dewasa terasahnya lebih banyak karena pakannya dalam bentuk keras (Poespo, 1986).

Ternak ruminansia tidak mempunyai gigi taring. Gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah. Sedangkan rahang atas hanyalah berupa bantalan tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4 pasang (8 buah) geraham depan 12 buah dan geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah gigi domba yang lengkap ada 32 buah. Gigi seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri susu ini sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal (rontok) dan digantikan dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu dan gigi seri tetap ini yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak tua ditaksir berdasarkan keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi pakan. Ternak yang dilepas/diangon, gigi serinya relatif lebih cepat tanggal atau aus dari pada tenrak yang dikandangkan. Menentukan umur ternak domba kurang dari 1 tahun jumlah gigi seri tetap belum ada. Namun memiliki gigi susu. Sepasang gigi tetap (sebanyak 2 buah) umur ternak domba kurang lebih 1 sampai dengan 2 tahun. Dua pasang gigi tetap (4 buah gigi tetap) menandakan umur tersebut 2-3 tahun. Juga pasang gigi tetap (6 buah) berumur 3-4 tahun. Jika ternak memiliki empat pasan ggigi tetap (8 buah) harus berumur 4-5 tahun. Tetapi jika gigi tetap aus dan mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas 5 tahun.

Prinsip taksiran dari gigi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi ternak. Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap.

2. Taksiran dengan Metode Tanduk

Poespo (1986) menyatakan bahwa keadaan cincin tanduk dapat digunakan untuk menafsirkan umur sapi. Rumus yang digunakan yaitu :

Y = X + 2

Dimana Y merupakan umur sapi, X merupakan jumlah cincin tanduk dan 2 merupakan koefisien rata-rata sapi bunting pada umur 2 tahun. Tiap cincin tanduk berhubungan erat dengan kelahiran, periode laktasi dan jalannya pemeliharaan. Sesudah selesai periode kebuntingan pertama, pangkal tanduknya timbul suatu alur melingkar dan selanjutnya setiap kali bunting hal demikian akan terjadi lagi. Pengaruh pencemaran, penyakit dan musim panas menyebabkan cincin tanduk kelihatan dangkal dan tidak terang.

Secara umum sejak umur 6 bulan, tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.Pada sapi betina yang secara teratur melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan tanduknya. Maka pedoman memberikan taksiran umur sapi betina dewasa adalah banyaknya lingkaran pada tanduk ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat dihitung jumlah lingkaran pada tanduk ditambah 5 tahun. Yang perlu diingat adalah penaksiran dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.

3. Taksiran dengan Metode Tali Pusat

Yakni mengamati tali pusat, bila tali pusat mulai mengering maka umur sapi tersebut adalah antara 4-5 hari dan berumur 143 hari bila tali pusat sudah kering,

4. Taksiran dengan Metode Wawancara

Yakni dengan mengadakan wawancara. Menanyakan keapada pemilik mengenai umur ternak tersebut. Akan tetapi harus adanya kejujuran tentang jawaban peternak.

5. Taksiran dengan Metode Habitus

Dengan melihat habitusnya (tingkah laku) kebiasaan terhadap ternaknya secara alami. Ternak yang sehat atau masih muda mempunyai temperamen yang lebih lincah dari pada ternak yang kurang sehat atau sudah tua.

6. Taksiran dengan Metode Recording

Dengan mencatat tanggal lahir maka umur ternak yang bersangkutan dapat diketahui oleh karena itu sebaiknya peternak mencatat tanggal lahir ternaknya pada buku cerpen atau pada dinding kandang untuk mengetahui ternak yang mana yang dicatat tanggal lahirnya ternak yang bersangkutan diberi tanda.

7. Taksiran dengan Metode Bulu

Pada umumnya ternak yang masih muda pertumbuhan bulunya kasar tidak teratur dan lebih panjang dari pada ternak yang sudah tua, tumbuh teratur pendek dan halus.


Umur Hewan

------tambahan-----
Umur hewan merupakan salah satu syarat sah hewan kurban. Untuk itu penentuan umur sebelum hewan kurban dipotong perlu diperhatikan. Berdasarkan pengalaman lapang, selama ini banyak ditemukan hewan kurban yang belum cukup umur, meskipun badan hewan tersebut berperawakan besar. Bahkan tidak jarang penjual hewan kurban pun masih salah dalam menentukan umur. Apalagi jika penjual hewan kurban tersebut hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi semata.

Oleh sebab itu, pengetahuan dari calon pembeli hewan dalam menentukan umur sangat dibutuhkan. Umur hewan kurban untuk domba atau kambing adalah telah berumur minimal satu tahun atau lebih (yang telah berganti gigi), sedangkan untuk hewan sapi atau kerbau adalah minimal 2 tahun atau yang telah berganti gigi. Penentuan umur kambing atau domba dapat dilakukan dengan memperhatikan pergantian gigi susu pertama (I1) menjadi gigi tetap.

Adapun untuk menentukan umur sapi yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi yang meliputi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan, dan bintang gigi. Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah merecup, berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup, berarti umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup, umur sapi 3,5 tahun. Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun. (Timan 2003).

Menurut Tabrany (2001) hewan yang cukup umur akan menghasilkan daging yang berprotein tinggi dengan kadar asam amino yang lengkap, mudah dicerna, begitu pula teksturnya empuk. Sedangkan ternak yang belum cukup umur akan menghasilkan daging yang lembek dan menyebabkan rasa daging relatif tidak lezat.

Semoga dengan memperhatikan beberapa simpul kritis hewan kurban, kita benar-benar melaksanakan makna rela berkurban yang sesungguhnya, tidak hanya sebatas seremonial tahunan semata, atau bahkan tidak justru menambah masalah pasca pemotongan hewan kurban. Mengingat cukup banyak kasus penyakit yang berasal dari makanan (foodborne disease) yang dapat menular ke manusia.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

makasih infonya ya,.,.,