Kamis, 06 Oktober 2011

Isu Itu Lagi, Budaya Korupsi di SMA N 9 Padang

Isu Itu Lagi, Budaya Korupsi di SMA N 9 Padang
Lagi isu itu mencuat, siswa SMA N 9 Padang secara tajam menuding Kepala Sekolah, Nilma Lafrida, telah melakukan korupsi. Ungkapan “lagi” ini tentu saja menggambarkan keadaan yang dulu juga sudah sering dialami siswa SMA ini, hanya saja berbeda masa. Zaman yang kian berkembang dan kecanggihan teknologi tentu saja telah mengubah tingkah laku dan pola piker pelajar kini.
Kira-kira 9 tahun yang lalu, SMA ini dipimpin oleh seorang kepsek inisial B. B dituding telah melakukan tipikor oleh sebagian besar perwakilan kelas yang tergabung sebagai anggota OSIS SMA tersebut. Diwarnai unjuk rasa oleh anggota OSIS kala itu, para siswa mempertanyakan realisasi perbaikan lantai kelas yang dananya ditarik dari setiap siswa yang bersekolah di SMA tersebut kala itu. Masing-masing siswa diwajibkan menyumbang 1 keramik, jumlah siswa sekitar 1000-an. Namun kelas yang berhasil dikeramik hanya 2 kelas, dengan total keramik yang dihabiskan untuk kelas ukuran 5 x 5 meter tak lebih dari 300 keramik. Tudingan sebagian perwakilan siswa ini justru berbalik ke siswa itu sendiri, beberapa siswa pengunjuk rasa itu dianggap sebagai siswa nakal dan perlu dilakukan pemanggilan orang tua wali murid. Setelah 5 tahun kepemimpinannya, SMA 9 berganti kepsek. Bapak B dipindahkan ke SMA N 3 Padang, di SMA ini pun peristiwa yang nyaris sama juga terjadi. Para siswa SMA N 3 Padang mempertanyakan pembangunan kelas dua lantai yang dibangun dengan angka yang sangat mahal. Namun isu di kedua SMA ini tak begitu mencolok dan cenderung ditutupi oleh pihak sekolah sendiri.
SMA 9 dipimpin lagi oleh seorang kepsek berinisial D, tak lama setelah menjabat, beberapa anggota OSIS pun gusar dengan tidak adanya dukungan baik materil maupun moril dari kepsek terhadap kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan kompetisi diluar sekolah, padahal kegiatan ini dapat meningkatkan citra SMA dan menghindarkan generasi muda dari hedonisme. Kegusaran mereka bukannya tak beralasan, pada laporan keuangan SMA, rapat komite maupun bantuan dari dinas pendidikan selalu ada alokasi dana untuk mendukung kegiatan ekstra siswa tersebut. Namun protes ini sama hanyutnya dengan protes siswa 5 tahun sebelumnya. D pun dipindahkan ke SMA N 8 Padang setelah setahun saja menjabat di SMA N 9 Padang. Lagi, kepsek pindahan dari SMA N 9 Padang tak luput dari interupsi. Di SMA N 8 Padang pun D diserbu para siswa dengan jumlah yang lebih banyak, D kembali dituduh telah melakukan tipikor.
Pola pikir dan tingkah laku siswa pun berubah, di era facebook dan twitter siswa cenderung lebih berani mengungkapkan aspirasi mereka, terlebih SMA N 9 Padang terletak dilingkungan yang sama dengan Universitas Andalas. Masa SMA merupakan masa transisi, siswa cenderung bersifat peniru dan tak mau kalah. Saat mahasiswa Universitas Andalas kian marak demonstrasi dengan berbagai kepentingan di berbagai tempat, bahkan di halte Pasar Baru yang hanya berjarak 100 meter dari SMA 9 Padang, para siswa SMA 9 pun memberanikan diri melakukan hal yang serupa dan tidak mau ketinggalan gaya. Sekitar 900-an siswa SMA N 9 Padang pun berdemonstrasi disertai aksi mogok belajar sebelum tuntutan mereka dikabulkan. Para siswa meminta pergantian kepala sekolah karena kepsek dituding telah melakukan tipikor berupa uang baju seragam sekolah, atribut seragam sekolah, anggaran kegiatan ekstrakulikuler. Tidak akan ada proses belajar mengajar sebelum kepala sekolah diganti dan tuntutan mereka dipenuhi, begitulah yang ditekankan para siswa ini, terlebih siswa kelas X.
Itulah SMA N 9 padang dengan berbagai isu korupsinya, SMA sambilan, sambil jabat sambilan korupsi. Malang betul, sayangya dinding SMA ini tak mampu blak-blakan. Entah apa yang sebetulnya dan tak sebenarnya terjadi.
Korupsi memang telah membudaya, dari jabatan teri hingga jabatan kakap. Alih-alih kekaguman dan jilat-menjilat dari para oportunis, korupsi pun dianggap hal yang biasa bahkan pelakunya tanpa malu justru merasa bak artis yang kian disorot oleh media. Sungguh, sebelum persepsi ini dilengserkan, teramat sulit bagi negeri ini untuk terlepas dari kebinasaan dan keterpurukan.

Tidak ada komentar: